Langsung ke konten utama

Resume ke-13

Proofreading



 

Resume ke : 13

Gelombang : 23 dan 24

Hari/Tanggal/Waktu : Senin/14 Februari 2022/19.00 WIB

Materi : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan 

Narasumber : Susanto, S. Pd

Moderator : Muliadi

 

Mataram kembali diguyur hujan sejak siang hari tadi. Namun dalam kondisi apapun aktifitas tetap harus berjalan bukan. Seorang teman mengirim jasa kurir untuk mengambil pesanan minyak sinergi kerumah. Awalnya saya sangsi kurir akan datang karena hujan begitu lebat. Tapi tak berselang lama kurir sudah di depan pagar. 

Ada kewajiban yang tak bisa ditunda dengan hujan. Hujan bukan penghalang, dia hanya secuil ujian bagi sebagian orang, dan menjadi rezeki bagi sebagian lainnya.

 Materi malam ini masih ditemani rintik hujan yang harmoni. Pak Muliadi dari Tolitoli Sulawesi Tengah membersamai kami sebagai moderator merupakan alumni dari kegiatan Belajar Menulis angkatan 19.

Beliau membuka materi dengan sebuah kata bijak dari Albert Einstein “Jika kamu tidak dapat menjelaskan sesuatu dengan sederhana, kamu tidak cukup memahaminya”.

Sangat mewakili tujuan dari judul materi kali ini "Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan". Susanto, S. Pd atau yang lebih akrab dipanggil PakDSus bertindak sebagai narasumber. Beliau adalah seorang guru sekolah dasar di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. 

Beliau juga alumni kelas belajar menulis angkatan 15. Kemampuan dan pengalamannya sebagai proofreader dan editor mengantarkan beliau menjadi narasumber malam ini. 

Sebuah tulisan dikatakan berhasil apabila tulisan tersebut menarik untuk dibaca, mudah dipahami sehingga sampai pesannya kepada pembaca. Semua itu tak lepas dari jasa proofreader dan editor. 

Sama-sama melakukan perbaikan pada tulisan, tapi dari segi tugas jelas perbedaannya. Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.

Apa itu proofreading?

Proofreading atau kadang disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata.

Nah dari penjabaran diatas tentu sudah bisa membedakan tugas editor dan proofreader. Lebih khusus seorang proofreader bisa ‘melihat’ apakah sebuah kalimat efektif atau tidak, susunannya sudah tepat atau belum, substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak.

Misalnya pada karya terjemahan seorang proofreader harus mampu menampilkan sebuah teks yang mudah dipahami oleh pembaca tanpa harus mengetahui bahasa asli teks tersebut.

Seorang penulis bisa menjadi proofreader untuk tulisannya sendiri, dengan syarat tulisannya harus selesai. Karena kalau belum selesai, yang ada tulisan malah tidak jadi. Karena hanya sibuk memperbaiki, edit sana, edit sini, baca ulang, baca lagi. Akhirnya gak jadi nulis atau nulis tapi gak selesai.

Atau karena ingin cepat ‘kejar setoran’ tulisan tersebut terlalu cepat di post. Akhirnya terjadi typo disana-sini. Ketika dibaca ulang ternyata substansinya malah nggak nyambung. Tulisan menjadi kurang menarik untuk dibaca.


Disinilah pentingnya proofreading, meminimalisir kesalahan, dan membuat tulisan menarik dan mudah dipahami. 

Seorang proofreader harus objektif, dan itu berlaku untuk tulisan penulis itu sendiri. Penulis yang melakukan peran sebagai proofreader tulisan sendiri harus mampu bersikap netral, harus bisa memosisikan diri menjadi seorang pembaca yang baik. Karena kadang mengoreksi tulisan sendiri itu rasanya berat. 

Endapkan tulisan beberapa jam atau beberapa hari jika memungkinkan. Kemudian buka dan baca ulang. Tips ini sangat efektif bagi penulis yang ingin melakukan proofreading tulisan sendiri.

Langkah-langkah proofreading :

  1. Revisi draf awal teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan atau menghapus seluruh bagian.
  2. Revisi penggunaan bahasa: kata, frasa dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.
  3. Poles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat kalimat yang ambigu.
  4. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit; Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI; Konsistensi nama dan ketentuannya; Perhatikan judul bab dan penomorannya.
PakDSus memberikan 2 jimat agar terhindar dari kesalahan ejaan. Yaitu KBBI dan PUEBI. Untuk menghindari typo juga bisa langsung mampir ke 👇

Belajar dari seorang pembelajar sangat menginspirasi. Diantara kesibukan beliau mengerjakan tes awal pembekalan Calon Pengajar Praktek PGP angkatan 5 masih menyempatkan waktu untuk berbagi ilmu.

In syaAllah PakDSus diberikan kelancaran dan berhasil lulus. Karena banyak guru yang menantikan ilmunya. Semangat PakDSus 💪💪💪.


"The more that you read, The more things you will know.The more that you learn, The more places you'll go." - Theodor Seuss Giese


 

 

Komentar

  1. Di Praya ketika memulai kegiatan sudah tidak hujan lagi bu... Mantap blognya dan enak dibaca...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti lumayan rata hujannya ya pak. Terimakasih sudah mampir di blog sederhana ini

      Hapus
  2. Tulisannya bagus Bu, keren...👍🏻👍🏻👍🏻

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Saling memberi semangat ya bu... 💪💪💪

      Hapus
    2. Rentul, Ibu Widuri....Keren betul....pokoknya jempol dua ...tanda beri salut buatmu.......

      Hapus
    3. Salut juga buat bu Parny yang murah hati

      Hapus
  4. Mantap Yabu Bisa belajar menjadi proofeading sendiri, supaya tulisan kita tidak banyak kesalahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... Materinya selalu bermanfaat untuk kita

      Hapus
  5. Terima kasih Ibu resume yang sistematis dan mudah dipahami. Semoga kita bisa menjadi proofreader yang handal ya Bu tetap semangat belajar dan salam sukses ya Bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak pak Sigit untuk supportnya. Saling support untuk mencari jati diri dalam menulis.

      Hapus
  6. Saling memberi semangat ya bu 💪💪💪

    BalasHapus
  7. Keren, lanjut terus untuk naskah buku solo.

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts

Membangun Budaya Positif di Sekolah

  Membangun Budaya Positif di Sekolah Oleh: Widuri Permata Anggarbini Rayes, S. Pd  CGP Angkatan 10 Kab. Lombok Barat  Budaya positif di sekolah adalah fondasi penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga mendorong tumbuhnya nilai-nilai kebajikan universal, seperti: kejujuran, tanggung jawab, empati, kerjasama, dll yang mendukung perkembangan karakter siswa. Budaya ini melibatkan lebih dari sekadar penerapan aturan dan hukuman, mengutamakan restitusi dalam upaya menumbuhkan motivasi intrinsik pada siswa. Konsep Inti Budaya Positif Budaya positif di sekolah mencakup beberapa konsep inti yang saling berkaitan: 1.      Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal Disiplin positif adalah pendekatan yang mengutamakan penghargaan terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Ini membantu siswa memahami pentingnya perilaku baik bukan karena takut hukuman tetapi karena mereka menghargai nilai-nilai tersebut Makna Disiplin...
Teh Pucuk Penghilang Dahaga Amira anakku yang paling kecil badannya panas dari semalam. Susah sekali makan. Biasanya kalau sakit dia paling suka makan bakso. Dan baksonya harus bakso Widodo di Cemara. Dan disinilah aku sekarang, berdiri mengantri, menunggu giliran pesananku di bungkus. Karena jam makan siang adalah jam tersibuk untuk bakso Widodo yang kenikmatannya tidak perlu ditanyakan lagi.  Tanggal tua, anak sakit, belum beli beras, minyak goreng naik, dan uang sisa selembar warna merah di dompet adalah kombinasi yang sangat bagus. Ditambah cuaca panas menyengat, membuat tenggorokanku terasa kering terbakar. Rasanya aku butuh yang dingin-dingin untuk membuatnya normal. Tepat di hadapanku seorang pedagang kaki lima (biasa kupanggil Amaq panggilan untuk bapak bagi orang Sasak), sedang menunggui dagangannya. Segala macam minuman segar semakin membuat rasa hausku bertambah-tambah. Seandainya ini bukan tanggal tua tentu akan kutegur ramah Amaq seperti biasa, membeli beberapa min...
  Peran Coach dalam Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional di Sekolah Dalam dunia pendidikan, peran seorang coach atau pelatih di sekolah semakin dianggap penting untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif dan inklusif. Peran ini menjadi semakin relevan dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional (PSE), seperti yang diuraikan dalam modul-modul pendidikan guru penggerak. Pembelajaran Berdiferensiasi Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang mengakui bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan, minat, dan kemampuan yang berbeda. Dalam modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi, ditekankan bahwa seorang guru harus mampu menyesuaikan metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individu setiap siswa. Pendekatan ini memerlukan pemahaman mendalam tentang profil belajar siswa, yang meliputi kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar mereka. Sebagai seorang coach, tugas utama adalah membantu guru-guru lain dala...