Langsung ke konten utama

Sepi


Sepi


Laksana jerebu sekiranya ku jadi

Mengawang melayang perlahan sepi

Mencetak jelaga di hati

Sungguh ku hanya ingin dicari.


Berniat ku menyisi jauh ke tepi

Semakin teruk menjamah diri

Menyisa duka jika ku pergi

Sungguh ku hanya ingin dicari.


Laju tapak kaki menuju Rinjani

Ku cari tempat sembunyi

Di balik alang di tengah sepi

Sungguh ku hanya ingin dicari.


Temukan

Dengarkan

Tenangkan

Renggutku dalam dekapan.


Mekarsari, 22 Februari 2021



Komentar

  1. Well...hanya ada beberapa kata,yg blm familier bagi saya...

    Seperti jelegu & menyisi...( mungkin maknanya menepi ya?? )

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jerebu itu asap hitam yang muncul dari lampu teplok jaman dulu itu lho pak, kalau jelaga itu bentuk padat dari jerebu itu sendiri. Biasanya hitam nempel di kaca lampu teplok. Menyisi itu pindah ke sisi, semacam itulah. Terimakasih sudah mampir. Mohon berkenan 😊

      Hapus
  2. Keren... Pilihan katanya mantap.

    Jerebu adalah kabut, bisa kabut asap yang menghalangi penglihatan.
    Lanjutkan Bu... Menuju Rinjani.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih untuk moyivasinya pak. Rinjani tempat kita berlari.

      Hapus

Posting Komentar

Popular Posts

Teh Pucuk Penghilang Dahaga Amira anakku yang paling kecil badannya panas dari semalam. Susah sekali makan. Biasanya kalau sakit dia paling suka makan bakso. Dan baksonya harus bakso Widodo di Cemara. Dan disinilah aku sekarang, berdiri mengantri, menunggu giliran pesananku di bungkus. Karena jam makan siang adalah jam tersibuk untuk bakso Widodo yang kenikmatannya tidak perlu ditanyakan lagi.  Tanggal tua, anak sakit, belum beli beras, minyak goreng naik, dan uang sisa selembar warna merah di dompet adalah kombinasi yang sangat bagus. Ditambah cuaca panas menyengat, membuat tenggorokanku terasa kering terbakar. Rasanya aku butuh yang dingin-dingin untuk membuatnya normal. Tepat di hadapanku seorang pedagang kaki lima (biasa kupanggil Amaq panggilan untuk bapak bagi orang Sasak), sedang menunggui dagangannya. Segala macam minuman segar semakin membuat rasa hausku bertambah-tambah. Seandainya ini bukan tanggal tua tentu akan kutegur ramah Amaq seperti biasa, membeli beberapa min...

Membangun Budaya Positif di Sekolah

  Membangun Budaya Positif di Sekolah Oleh: Widuri Permata Anggarbini Rayes, S. Pd  CGP Angkatan 10 Kab. Lombok Barat  Budaya positif di sekolah adalah fondasi penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga mendorong tumbuhnya nilai-nilai kebajikan universal, seperti: kejujuran, tanggung jawab, empati, kerjasama, dll yang mendukung perkembangan karakter siswa. Budaya ini melibatkan lebih dari sekadar penerapan aturan dan hukuman, mengutamakan restitusi dalam upaya menumbuhkan motivasi intrinsik pada siswa. Konsep Inti Budaya Positif Budaya positif di sekolah mencakup beberapa konsep inti yang saling berkaitan: 1.      Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal Disiplin positif adalah pendekatan yang mengutamakan penghargaan terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Ini membantu siswa memahami pentingnya perilaku baik bukan karena takut hukuman tetapi karena mereka menghargai nilai-nilai tersebut Makna Disiplin...
  Riwayat Singkat Prof. Dr. Ngainun Naim lahir di Tulungagung pada 19 Juli 1975. Pekerjaan sehari-hari sebagai Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Pendidikan dasar diselesaikan oleh Ngainun Naim di SDN Sambidoplang Sumbergempol Tulungagung (1988), kemudian melanjutkan ke MTsN Tunggangri Kalidawir Tulungagung (1991), lalu melanjutkan ke MAN Denanyar Jombang yang ada di PP Mamba’ul Ma’arif (1994). Tahun 1994-1996 melanjutkan studi S-1 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karena satu dan lain hal, jenjang S-1 diselesaikan di STAIN Tulungagung (1998). Tahun 2000 melanjutkan jenjang magister di Universitas Islam Malang yang diselesaikan pada tahun 2002. Mulai tahun 2007 kuliah S-3 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang diselesaikan pada tahun 2011.   Publikasi   Buku 1.         Ngainun Naim, Islam and Religious Pluralism: The Dynamics of Meaning Seize, (Tulungagung: SATU Press, 2020). 2.       ...